Catatan Ramadhan #2

25 April 2020

Ada gunung yang didaki, ada lautan yang diarungi.
Ada cita-cita, usaha dan doa kau tapaki..!

Suatu tujuan tidak mungkin dapat diraih dengan diam. Menjaga motivasi untuk terus bergerak, itulah yang sulit. Maka dari itu, tanpa banyak berpikir dan tanpa banyak pertimbangan, terus bergerak itu suatu keniscayaan. Suatu keharusan. Lebih baik merangkat pelan-pelan tapi bergerak maju, dari pada berlari tapi diam di tempat.

Bergerak bisa membawa keberkahan. Itu salah satu nasehat guruku yang selalu kuingat. Seorang anak yang bersekolah dan ia diam saja, tidak bertanya kepada guru, tidak mencatat pelajaran, tidak bersosial dengan teman-temannya yang lain. Hanya rutinitas berangkat pagi, pulang sore hari. Dia akan sedikit memperoleh kebaikan dari sekolahnya itu. Karena berkah ialah tambahan kebaikan. Dia hanya akan tercatat pernah sebagai siswa di sekolahan tersebut, kemudian lulus, dan sudah. Tidak ada tambahan-tambahan lain yang membawa lebih banyak kebaikan pada dirinya.

Bergerak ialah ciri kehidupan. Sesuatu yang diam berarti benda mati. Bergerak mengikuti arah kehidupan, harus disadari tidak selamanya sesuai dengan harapan. Karena kita tidak bergerak sendirian. Orang lain pun begitu. Keinginan sendiri seringkali bertentangan dengan keinginan yang lain. Dan terjadilah sesekali gesekan antar kita.  And that’s not a problem. Itu malah sebagai tanda bahwa kita tidak diam.

Rasa kepedulian akan menggerakkan hati untuk berempati lebih. Melihat sekeliling bagaimana suramnya dunia di sebagain tangan orang. Keluhan dan rintihan yang tidak terdengar. Hati yang pilu melihatnya sebenarnya sudah cukup sebagai tanda tergeraknya hati. Tetapi jika hati tersebut bisa menggerakan tubuh untuk berbuat lebih untuk mereka, itu lebih baik dan lebih berefek untuk semua.

Dalam skala yang lebih besar, Pemerintah juga bergerak dengan mengerjakan kebijakan-kebijakan yang baik dan benar untuk rakyatnya. Mungkin mereka sudah bekerja tapi tidak tahu kenapa masih saja tidak terasa efeknya. Atau mungkin saya saja yang tidak meraasakannya. Padahal ada banyak pekerjaan yang bisa dikerjakan yang bisa berefek langsung ke rakyat. Contohnya naikkan harga hasil pertanian, entah mekanismenya bagaimana. Tidak hanya himbauan-himbauan atau administrasi surat-menyurat.

Dirty deeds done dirt cheap. Ada aksi maka akan ada reaksi. Semakin keras kita melempar bola ke dinding, semakin keras pantulannya ke arah kita. Yang terjadi dan yang ada di sekeliling kita adalah cerminan dari diri kita sendiri. In ahsantum ahsantum li anfusikum. Itulah ajaran kehidupan yang sangat krusial. Bergerak untuk kebaikan, inshaallah pasti terbalas dengan kebaikan.

Ada harapan bahwa semua elemen bangsa ini, atau bahkan semua umat manusia pada umumnya tergerak untuk melakukan kebaiakan, apapun bentuknya. Terbayang bagaimana damainya kehidupan ini. Mungkin corona tidak akan mendekat-dekat seperti sekarang ini.

Bergeraklah..

Seperti angin, udara yang bergerak yang membawa kesejukan. Seperti lagu, nada yang bergerak bersimfoni. Seperti ide, otak yang bergerak dan berfikir. Seperti rindu, hati yang bergerak karena cinta.

photo of heart shaped balloon

Photo by Andreas Wohlfahrt on Pexels.com

Leave a comment