Tag Archives: Islam

Catatan Ramadhan #1

24 April 2020

Ramadhan tahun ini saya mencoba resolusi baru untuk muhasabah diri. Yaitu menulis di setiap harinya. Tulisan-tulisan ringan yang dirasa membawa manfaat. Menfaat untuk diri sendiri khususnya, dan orang-orang lain jika ada yang berkenan membacanya.

Ramadhan tahun ini terasa agak berbeda bagi beberapa orang yang update masalah pandemi corona. Tapi ada juga yang merasakan yang sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Mereka ini mungkin sebagian besar yang tidak mengiikuti hiruk pikuk medsos yang ramai sekali memperbincangkan corona ini di sepanjang waktu. Dan tidak ada masalah untuk kedua golongan ini. Ramadhan tetap spesial seperti dia adanya sediakala dulu. Karena Allah SWT sendiri yang memilihnya di antara bulan-bulan yang lain, bukan kita.

Setiap malamnya yang diisi sholat tarawih dan tadarus al-Quran mengalirkan kespesialan itu kepada diri kita, jika kita melaksanakannya dengan penuh kesadaran. Kita sadar untuk mengikuti proses mendekatkan diri kepada Allah SWT yang tiada berujung. Terus-terusan kita berupaya meraihnya, kita akan semakin sadar jalan yang masih jauh terbentang. Dan Ramadhan memudahkannya dengan memberi penerangan untuk menapaki jalan tersebut.

Continue reading

Mengurai Pertentangan

Pepatah mengatakan “bersatu kita teguh bercerai kita runtuh”. Kalimat sakti ini sepertinya telah hilang pemaknaannya oleh sebagian besar kaum muslimin. Al-ittihadu asasu an-najahi atau persatuan adalah dasar dari kesuksesan hanya sebagai semboyan kosong tanpa pengamalan. Sulitnya persatuan dan banyaknya pertengkaran setidaknya, itulah salah satu jawaban dari terbelakangnya kaum muslimin dalam kompotisi global sekarang ini.

Kaum muslimin tercerai-berai dengan berbagai corak pandangan, bisa bersumber dari madzhab juga dari organisasi. Bahkan yang lebih parah adalah perbedaan pandangan dalam berpolitik yang mengakibatkan pertentangan yang tak berkesudahan. Dari hilir sampai hulu menyiapkan segala cara untuk mencapai target politik yang telah dicanangkan. Termasuk dengan mengalahkan lawan-lawan politik dengan cara yang tidak fair. Sebagai hasilnya fitnah-fitnah ditebar, hoax diproduksi, dan akhirnya muncullah permusuhan antar sesama yang menguras tenaga dan fikiran.

Continue reading

Berdamai dengan Alam

Zaman modern dengan berbagai kemajuan teknologi telah membawa manusia pada peradaban baru. Manusia dituntut untuk menghasilkan produk-produk dengan cepat. Cara-cara yang instant dilakukan untuk menghemat waktu dan biaya. Selain tenaga manusia yang diperas, mesin yang pengerjaannya lebih teratur menjadi andalan. Kota-kota bertambah besar dan desa-desa semakin ditinggalkan. Dampaknya ketidakseimbangan tatanan sosial mulai terasa di berbagai tempat.

Di era seperti ini, cara berpikir manusia akhirnya menjadi sempit dan pragmatis. Hedonisme sebagai pandangan hidup telah menjalar dalam watak-watak sebagian besar masyarakat. Anggapan bahwa kebahagiaan hanya dapat diraih dengan jalan kepemilikan materi. Tidak banyak yang berpikir untuk kemaslahatan dan kebaikan bersama. Setiap individu berlomba-lomba untuk saling mengalahkan dalam pemenuhan kebutuhan masing-masing.

Continue reading

Tinjauan Singkat Komunisme

Salah satu sejarah terkelam yang pernah dialami bangsa Indonesia adalah peristiwa 30 September 1965. Sudah lima puluh tahun lebih, peristiwa ini masih menyimpan banyak misteri juga sekaligus pelajaran yang harus terus ditilik untuk kehidupan berbangsa dan bernegara. Satu yang pasti dari peristiwa ini adalah pembunuhan perwira angkatan darat tersebut dilakukan oleh orang-orang yang berlatarkan ideologi komunisme. Dan melihat fenomena yang terjadi dewasa ini, kewaspadaan harus kembali ditingkatkan untuk membendung ideologi yang diam-diam mulai merambah kembali ke dalam beberapa lapis masyarakat, baik kalangan bawah maupun elit ini. Maka umat Islam harus benar-benar tahu dan mengerti bagaimana Islam memandang paham komunisme ini.

Sebagaimana diketahui, komunisme adalah suatu ideologi dan system ekonomi dengan gagasan kepemilikan pribadi yang harus dibatalkan dan dibabat habis dalam masyarakat. Seluruh kekayaan harus didapat oleh setiap orang dan diatur oleh negara, karena negara adalah wakil sah masyarakat. Sehingga negaralah yang berhak mengatur dan mengeksploitasi kekayaan untuk kesejahteraan seluruh penduduk. Barang-barang yang dihasilkan didistribusikan sesuai dengan kebutuhan individu untuk dikonsumsi. Pendapat ini diringkas dalam teks sebagai berikut: “dari setiap orang, sesuai dengan kapasitasnya, dan buat semua orang, sesuai dengan kebutuhannya”. Dengan kata lain, setiap individu memiliki kebutuhan sama, yang bila dicabutnya dia tak akan bisa bertahan hidup. Dia memberikan seluruh pengabdiannya untuk masyarakat; pada gilirannya, masyarakat memuaskan kebutuhan kehidupannya dan mendukung kehidupannya. Dan hal itu semua harus dilaksanakan berdasarkan rencana ekonomi yang dibuat negara. Dalam perencanaa ini, negara mengakurkan kebutuhan seluruh penduduk dengan kuantitas, ragam, dan batas produksi, supaya mencegah masyarakat menderita kesakitan kesulitan sebagaimana yang terjadi pada masyarakat kapitalistis ketika kebebasan absolut dibolehkan. (Muhammad Baqir Ash-Shadr, Falsafatuna, 2014: 44-45).

Pada dasarnya, faham komunisme adalah suatu gagasan untuk untuk penyamarataan manusia dalam segala macam aspeknya. Gagasan ini sebenarnya merupakan reaksi alami terhadap komplikasi kepemilikan pribadi dalam system demokrasi kapitalis. Kemudian dibentuk nasionalisasi absolut dengan tujuan menghapus kelas kapitalistis dan menyatukan masyarakat dalam satu kelas, supaya mengakhiri pergumulan dan untuk mencegah individu dari upaya menggunakan berbagai taktik dan metode untuk membesarkan kekayaannya, dalam memaskan kerakusannya dan melenyapkan motif yang mendorongnya untuk mendapat keuntungan pribadi. Dengan begitu, kesenjangan yang jauh antara yang kaya dan yang miskin seperti yang terdapat dalam masyarakat kapitalis dapat dihindari.

Sekilas tujuan komunisme tergambarkan sebagai tujuan yang baik dengan ditiadakannya kelas-kelas sosial di masyarakat. Tapi jika ditelusuri lebih jauh, faham memiliki konsekuensi-konsekuensi yang sangat buruk dan berbahaya. Pertama, permasalahan yang menjadi titik tekan faham komunisme hanya masalah keduniaan. Hal ini karena akar dari faham ini adalah seorang filosof yang menganggap agama sebagai candu. Dia menganggap agama adalah penghambat kemajuan dimana pencarian harta yang seharusnya dilakukan oleh seseorang dapat digantikan dengan doa. Maka dalam faham komunisme, agama harus ditiadakan, ini seperti yang dulu terjadi di Albania dan negara-negara jajahan Uni Soviet lainnya.

Kedua, pemaksaan ideology kemunisme ini untuk diterapkan. Paksaan ini bisa menjurus pada kebengisan para pengusungnya kepada siapa saja yang menolak. Sebagaimana diketahui jumlah pembantaian manusia terbanyak dalam sejarah umat manusia dilakukan oleh faham ini. Dan salah satu dari korban tersebut adalah Pahlawan Revolusi Republik Indonesia dalam peristiwa 30 September 1965.

Ketiga, penyamarataan manusia dalam seluruh aspek kehidupan meskipun diatur sedemikian rupa oleh negara menyalahi sunnatullah. Karena satu dan lain hal, manusia yang satu tidak akan pernah bisa disamakan dengan yang lainnya. Seorang yang bekerja dengan giat dan mengerahkan sekuat tenaga tidak akan pernah bisa disamakan dengan para pemalas. Allah SWT berfirman:

نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُمْ مَعِيشَتَهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَرَفَعْنَا بَعْضَهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ – الزخرف: 32

وَاللَّهُ فَضَّلَ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ فِي الرِّزْقِ – النحل: 71

            Apalagi dalam aspek pemikiran, kejiwaan, dan spiritual, kesamarataan tidak mungkin terjadi. Kesenjangan antar individu adalah suatu fitrah kemanusiaan. Seperti yang dituturkan Al Quran bahwa tidaklah sama orang yang mengetahui dan yang tidak menengetahui. Maka pengekangan yang dilakukan komunisme menghambat potensi manusia sebagai khalifah di bumi. (Abbas Mahmud Al ‘Aqqod, Al Falsafah Al Quraniyah, 31-34)

Oleh sebab itu, perbedaan antara satu orang dengan lainnya mendapat perhatian serius dalam Islam. Sebagaimana perbedaan tersebut, jika hanya bersifat materi bukanlah segala-galanya, karena yang paling utama adalah perbedaan ketakwaan. Namun begitu, Islam juga mengatur perbedaan materi-materi tersebut agar tidak terjadi kesenjangan yang berkelanjutan – seperti dalam tatanan hidup kapitalis – dengan diturunkannya syari’ah sebagai panduan yang mengantar pada sebaik-baiknya jalan kehidupan. Maka dalam Islam dijumpai berbagai aturan mua’amalah antar sesama, seperti dalam masalah jual beli, simpan meminjam, hutang piutang, dan lain sebagainya. Bahkan salah satu tiang bangunan keislaman sendiri adalah zakat, keharusan penyaluran harta dari yang kaya kepada orang-orang yang berhak mendapatkannya. Maka apa yang dianggap oleh pengusung faham komunisme sebagai permasalahan masyarakat sebenarnya sudah jauh-jauh hari dijawab Islam ketika agama ini dengan syariatnya yang lengkap diturunkan.

Nasehat Abadi

NASEHAT ABADI
KH. Hasan Abdullah Sahal

Santriku…
semoga tatkala pesan-pesanku ini mulai kau baca, hatimu masih benderang dengan cahaya rahmat Ilahi, hingga tak ada sebutir debupun melekat di hatimu, menutupi nuranimu untuk menerima secercah cahaya ini.

Santriku…
ketahuilah!
Sesungguhnya segala sesuatu yang ada di seluruh jagat raya ini sudah diatur secara tertib oleh Allah.
Tebarkanlah pandanganmu maka akan kau saksikan betapa indahnya paduan gunung, lembah, dan ngarai serta luasnya bentangan samudera.

Juga matahari, bulan, bintang dan sejumlah gugusan planet lainnya, semua begitu indah dan tertib, tertata sesuai dengan kebijaksanaan-Nya.
Maka, hendaklah manusia berusaha supaya menjadi tertib, dalam karsa, rencana, dan atau kehidupannya.
Dan janganlah sekali-kali mencoba untuk memaksakan tertib programmu pada Allah.

Sebab,jika kau lakukan itu, maka yang akan kau dapati hanyalah keresahan, pahitnya kekecewaan, pedihnya kehancuran, kecongkakan dalam kebodohan, kesombongan atas kesintingan dan kebanggaan lantaran kegilaanmu atau sebaliknya berlagak jagoan ekstra superiority atau bertampang cakil menjual pepsodent.
Dan penyakit inilah yang banyak melanda manusia di abad modern ini.

Santriku…
seiring perjalanan waktu, suatu saat nanti kau akan meninggalkan pondokmu ini untuk terjun ke tangah-tengah kehidupan masyarakatmu kelak, berbaur dengan aneka ragam pola kehidupan.

Harapanku, pandai-pandailah kau membawa diri berbuat baik di bumi mana kakimu berpijak.
Selama ini aku memang menyaksikan bahwa kau telah berbuat baik, mentaati segala petuah dan nasehat kyaimu, menjalankan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya, namun yang aku khawatirkan adalah, jika kau berbuat semua kebajikan itu hanyalah di tengah-tengah milliu yang baik saja, sementara ketika kau telah terjun ke dalam milliu yang berlainan, jadi berubah keadaannya.

Padahal, berbuat baik itu harus bisa kau lakukan di manapun dan kapanpun.
Pada saat itulah kepribadianmu akan diuji, dan di situlah kepribadianmu akan dipecat atau dipertahankan oleh dirimu sendiri atau oleh masyarakatmu dengan segala norma-normanya.

Itulah yang paling aku khawatirkan.
Aku takut jika derasnya gelombang kehidupan di masyarakatmu kelak akan menyeret dan menjerumuskanmu ke lembah nista.

Telah kau sadari bahwa orang baik yang bertempat sampah sekalipun akan berjasa dan mulia karena ia telah menyingkirkan sampah yang mengganggu masyarakat. Namun sebaliknya, orang yang jahat sekalipun bertahta di tempat terhormat ia adalah perusak dan pengacau masyarakat. Karena ia sebetulnya adalah sampah.

Santriku…
ketahuilah, bahwa kini, di abad modern ini, setan-setan dengan segala bentuk dan macamnya telah bergentayangan di mana-mana dan untuk berkawan dengan mereka, kau tak perlu belajar ataupun berlatih.

Dan godaan setan itu sungguh akan memikat hatimu. Ia tidaklah akan berhenti pada sasaran tertentu, golongan tertentu, dan juga waktu serta tempat tertentu. Maka berhati-hati dan waspadalah santriku terhadap itu semua. Janganlah sekali-kali kau mengira bahwa tingginya ilmu dan jabatan seseorang akan sekali tinggi pula godaan dan rayuan setan itu.

Kyai dan ulamapun tak terhindar dari obyek dan setan-setan.

Santriku…
kuharap kau tak hanya bisa menerangi dirimu sendiri, tapi kau juga bisa menyinari ummat dengan cahaya yang memancar dari ilmu-ilmu Allah.
Karena sesungguhnya tiadalah berguna ilmu seseorang itu jika tak dimanfaatkan bagi dirinya dan ummatnya.
Do’aku semoga kau memahami seuntai pesan-pesanku ini.
Aamiiin…….